Berbagai macam peralatan rumah tangga tradisional berbahan bambu masih jamak digunakan masyarakat, khususnya di pedesaan. Usaha membuat peralatan-peralatan tersebut juga masih banyak yang bertahan. Misalnya warga Desa Gandong, Kecamatan Bandung, Kabupaten Tulungagung.
Jika menyusuri wilayah Desa Gandong, kita akan mudah menjumpai warganya yang masih menganyam bambu untuk dijadikan kalo. Benda berbentuk anyaman melingkar ini masih banyak dipakai masyarakat, misalnya untuk menyaring parutan kelapa dengan santannya.
Anjarwati, salah seorang pengrajin kalo di Dusun Morosebo mengatakan usaha rumah tangga seperti ini sudah dimulai oleh warga Gandong sejak puluhan tahun yang lalu. Jumlah warga yang membuat kalo juga masih banyak sampai sekarang. Bedanya hanya pada seberapa banyak jumlah produksi.
“Sebab banyak juga warga yang membuat kalo cuma untuk sambilan saja,” ujar Anjarwati.
Menurut Anjar, setiap kodi (20 unit) kalo dihargai Rp 125.000 oleh para pengepul yang mengambil ke rumahnya. Dalam lima hari kerja, dia dan dua orang rekannya bisa membuat 100 unit.
“Tiga orang ini kerjanya dibagi, ada yang menyerut bambu, ada juga yang cuma menganyam,” tuturnya.
Kalo-kalo yang sudah jadi akan dipasarkan ke berbagai daerah. Tidak hanya di sekitaran Tulungagung saja, tetapi juga sudah lintas provinsi seperti ke Jawa Tengah.